Rabu, 12 Agustus 2009 di 01.09 |  

Meluruskan Isu Politik di Balik Ledakan Bom

BOM yang meledak di Hotel JW Mariott dan Ritz-Carlton tak hanya meninggalkan duka mendalam bagi para korban. Selain menuntut aparat bekerja keras mencari para dalang teror yang membuat seluruh dunia bersedih , ledakan itu juga memunculkan konflik baru dan saling curiga di antara para elite politik.

Ini berawal dari sikap reaksional Presiden SBY selaku petinggi negeri ini dalam pernyataan pertama hanya beberapa jam dari peristiwa bom itu. Kita paham, situasi saat itu membawa kita ke dalam amarah. Semua orang marah besar. Rakyat Indonesia marah tak terkira. Sejumlah petinggi Negara marah dengan mengutuk. Presiden SBY juga terbawa dalam situasi kemarahan dan kegeraman yang luar biasa.

Saat itu SBY menyebut eskalasi politik sedang tinggi. Dia pun mengutip laporan intelijen tentang adanya kelompok politik tertentu yang bersiap melakukan huru-hara dalam bentuk revolusi atau menduduki KPU (Komisi Pemilihan Umum). Bahkan, sebuah foto dirinya yang menjadi sasaran latihan teroris diperlihatkan. Memang, tidak ada tudingan langsung, tapi muncul persepsi bahwa ada korelasi antara bom dan eskalasi politik pasca pemilihan presiden.

Ketika arah penyidikan bom di Marriott dan Ritz-Carlton itu semakin mengerucut ke kelompok teroris pimpinan Noordin M Top, wajar orang bertanya tentang hubungan dua bom yang memakan sembilan korban jiwa itu dengan eskalasi politik pasca pilpres? Apakah presiden telah melakukan kebohongan public? Kesan yang muncul, SBY seakan-akan memanfaatkan momentum bom ini untuk menembak lawan politiknya. Apalagi,foto yang diperlihatkan itu adalah foto 2004.

Rakyat Indonesia tentu tak ingin pernyataan SBY menjadi bola panas yang membuat negeri yang sudah menderita karena bom itu semakin panas. Kita tentu tak ingin pernyataan presiden tersebut menjadi bahan perang elite. Walaupun saat ini, para lawan politik SBY, seperti kubu Mega-Prabowo meminta SBY membuktikan keterlibatan elite politik. Bahkan, sudah ada pihak yang meminta SBY meminta maaf?

Intinya, kita tidak ingin ada persoalan baru di negeri ini. Ledakan bom sudah memunculkan trauma mendalam. Belum lagi, masalah teknis pilpres yang masih dipersoalkan sejumlah kalangan. Kita tak ingin ruwet.

Tidak ada salahnya bila presiden mengklarifikasikan pernyataan itu. Atas nama kearifan, SBY sebagai kepala Negara bisa menjelaskan duduk persoalan sebenarnya sehingga masalah ini tidak menjadi bola politik yang liar. Selain itu, agar rakyat tidak bingung karena terjebak dalam isu-isu politik.

Untuk ke depan, aparat intelijen kita harus memberi masukan akurat kepada presiden. Sebab, apa yang dikatakan presiden selalu dipegang rakyat. Dan, rakyat tak ingin presidennya terbelit masalah. Mari kita semua bergandeng tangan dan focus memerangi teroris.

Diposting oleh maulidia

0 komentar:

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates